Senin, 15 Juli 2013

Dandelion (1)

Delian, itu namaku. Lengkapnya Dandelion. Aku tinggal di desa bersama kedua orang tuaku. Ayahku seorang pegawai negeri sipil sedangkan ibuku mempunyai toko bunga di kota. Aku punya kakak, Cath, Catheleya yang telah menikah dan hidup bersama suaminya di desa lain. Kami semua hidup sederhana.

Pagi itu, aku sedang menyiram tanaman di depan rumah ketika handphoneku berbunyi.
"Halo"
"Halo, Del, ini Kak Ald.."
"Kak Ald? Ada apa kak? Kok tumben pagi-pagi udah telpon?"
"Gini, Mama mau ngadain acara makan-makan nih, kamu ikut ya, ntar Kak Ald jemput jam 11, kamu gak boleh nolak"
"Gaya Kak Ald banget ya, selalu maksa, hahaha"
"Iyadong, oke ya, ntar aku jemput"
"Oke Kak"
Itu tadi Kak Aldy, Kak Ald sapaanku. Dia kakak dari Dare, sahabatku.

Setelah menyelesaikan pekerjaan rumah, aku segera menuju pekarangan belakang dan mengambil beberapa helai daun pepaya juga pare. Kemudian membawanya ke dapur untuk dimasak. Cuma di oseng-oseng sih, tapi ini kesukaan Mama dan Papa Dare. Setelah selesai masak, aku segera bersiap-siap karena pasti Kak Ald sudah dalam perjalanan menjemputku. Tak lama kemudian Kak Ald datang dan aku segera berpamitan dengan Ibu.

"Mobil Kak Ald baru ya?"
"Bukan, ini second kok, tapi masih bagus dan dari dulu Kakak pengen punya mobil ini. Oh ya Del, itu bungkusan apa?"
"Oh ini, oseng daun pepaya sama pare, kesukaan Mama Papa"
"Kamu ini.. repot-repot bawa makanan, padahal kan kita udah banyak makanan di rumah"
"Sudahlah kak, lagian jarang kan aku main ke rumah"
"Ya ya, kamu emang selalu baik Del sama keluarga Kakak"
"Ya sama kayak keluarga Kakak yang baik sama keluarga Deli kan?"

Tak berapa lama, akhirnya aku sampai di rumah Dare, Kak Ald. Aku sedikit agak kaget ketika aku masuk ternyata ada Dare, bersama pacarnya, Orsyi. Dan Orsyi sepertinya juga tak kalah kaget denganku. Seketika raut wajahnya berubah dari tersenyum menjadi cemberut dan hampir tak menatapku ketika aku memberikan senyum padanya.

"Deli, udah datang?"
"Kak Jes? Kak Jes kapan dateng?" Kak Jes, Yasmine, pacarnya Kak Ald, baik, cantik.
"Udah daritadi Del, tuh, gara-gara Aldy, disuruh cepet-cepet, sampe belum sempet dandan, eh gak taunya disini belum ada siapa-siapa, Mama aja baru selesai mandi pas aku dateng"
"Hahaha, ya, gayanya Kak Ald emang gitu kan Kak? Penuh kejutan"
"Iya sih. Yuk masuk, ditungguin Mama di dalem"

Setelah aku membantu menyiapkan makanan dan ngobrol-ngobrol sedikit dengan Mama,
"Al.. Dare mana? Pacarnya juga, suruh ke sini.. Ayo kita makan sama-sama. Dasar, anak zaman sekarang, pacaran terus kerjaannya, nggak bantuin Mamanya"
"Mungkin ada sesuatu yang perlu dibicarakan, Ma"
"Ah iya, terserah lah"

Tak berapa lama kita pun makan siang bersama, setelah selesai membantu membereskan piring-piring, aku menuju taman di samping rumah, aku suka disana, banyak tanaman, bikin suasana hati jadi tenang, apalagi siang ini tak terlalu panas. Aku duduk di gazebo sambil memandang bunga-bunga. Tiba-tiba..

"Kamu tak usah sok akrab sama keluarga Dare"
"Ors.. sok akrab bagaimana maksudmu?"
"Sudahlah, aku ingin bicara denganmu"
"Tentang?"
"Tentang ini semua, jujur aja, aku sangat sangat iri sama kamu, kenapa kamu bisa deket sama keluarga Dare? Kenapa kamu masih deket sama Dare? Kamu ini apanya? Mantannya kan? Sok ngaku-ngaku sahabatnya, tapi kamu masih sayang kan sama Dare?"
Mendengar pernyataannya itu. Aku tertegun. Orsyi iri padaku? Terdengar lucu.
"Ors.. kamu ini kenapa? Kamu juga bisa kok deket sama keluarganya Dare, aku rasa itu hanya perlu waktu kok. Lalu, kenapa aku masih deket sama Dare, aku nggak tau, aku hanya ngejalani yang bisa aku jalani sekarang sama dia. Dan juga, masalah aku masih sayang sama Dare, kenapa kamu harus marah? Toh aku nggak ngusik hubunganmu. Kamu sayang kan sama Dare dan Dare juga sayang sama kamu, lalu apa yang perlu kamu iri? kamu punya Dare, aku nggak. Aku sayangpun ini cuma bertepuk sebelah tangan Ors.. dan ini sama sekali nggak enak..."
"Keluarga Dare sepertinya tak suka hubunganku dengan Dare"
"Lalu kamu nyerah gitu aja? Kenapa nggak kamu buktiin kalo kamu emang bener-bener sayang sama Dare? Siapa tau pandangan keluarganya berubah"
Orsyi terdiam lama.
"Ors.. aku harus pulang, ini sudah siang"
Dia hanya mengangguk.

"Kak Ald.. Anter aku pulang dong.."
Rumah sepi, lalu Mama datang sambil tersenyum.
"Del.. Mama denger tadi yang kamu omongin sama Orsyi. Kamu bener nggak apa? Sebenernya Mama lebih setuju kalo Dare itu sama kamu, dia jadi lebih nurut sama Mama kalo sama kamu. Setelah kenal Orsyi dia jadi agak mbantah"
"Ma, aku nggak bisa maksa Dare buat sayang lagi sama aku. Aku cuma ngejalani yang ada Ma. Kalo Mama inginnya gitu, Mama nggak keberatan kan, doain semoga Aku dan Dare bisa sama-sama lagi?"
"Iya Del.. Mama pasti doain. Tapi, kamu bener nggak apa Del?"
"Iya Ma, Deli pasti nggak apa kok. Kan aku Dandelion" jawabku sambil tersenyum dan memeluk Mama.

Setelah itu aku berpamitan pada Mama dan Papa serta Dare, lalu aku pulanng bersama Kak Ald dan Kak Jes. Di luar dugaan, ketika di jalan, Kak Ald bilang " Tenang aja, kamu pasti bisa sama-sama Dare lagi, Kak Ald tau Dare kayak gimana, cuma kamu harus banyak sabar Del. Kuatlah seperti Dandelion"
"Iya, aku Dandelion" jawabku mantap

0 komentar:

Posting Komentar

Blogger Templates

Kiss the Rain

Diberdayakan oleh Blogger.
 

This Template Was Found On Elfrida Chania's Blog